Tuesday, 27 October 2015

Stigma Yang Kurang Tepat Tentang Gangguan Jiwa

Para penderita penyakit kronis seperti kanker kerap kali mendapatkan stigma tertentu, misalnya tidak bisa sembuh atau penyakitnya bisa menular. Namun hal ini juga sering dirasakan oleh pasien dengan gangguan mental, bahkan bisa dikatakan lebih parah.
Dampaknya, mereka jadi tidak mau berobat, tidak mau mengakui kondisinya, ataupun malah dikucilkan oleh masyarakat. Bukannya sembuh, para penderita gangguan mental ini bisa jadi malah lebih ‘sakit’.

Beberapa Stigma Tentang Gangguan Jiwa Yang Kurang Tepat

Adapun beberapa persepsi atau stigma yang keliru terhadap pasien dengan gangguan mental yang sering ditemui adalah sebagai berikut :

1. Bisa Menular

Orang-orang dengan gangguan mental umumnya mengalami spektrum emosi dengan kadar tertentu. Akan tetapi, hal ini sebenarnya disebabkan oleh produk sampingan dari bahan kimia otak serta diperparah dengan faktor lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa yang memicu gangguan mental pada umumnya terjadi di otak, bukan disebabkan oleh penularan bakteri atau virus seperti halnya flu.

2. Tergolong Penyakit Langka

Ini merupakan persepsi yang tidak tepat, sebab satu dari empat orang di dunia dapat mengalami gangguan mental pada satu titik hidupnya. Yang membedakan adalah levelnya yang bermacam-macam pada setiap individu, ada yang parah hingga perlu direhabilitasi, ada juga yang ringan dan bisa diatasi dengan minum obat secara rutin.

3. Identik Kekerasan

Sebagian kalangan menganggap bahwa penyakit mental dapat memicu seseorang untuk melakukan kekerasan. Namun berdasarkan hasil penelitian yang diadakan pada tahun 2014 menemukan bahwa orang dengan gangguan mental umumnya merupakan korban dari kejahatan atau kekerasan, bukan pelakunya.

Stigma Yang Kurang Tepat Tentang Gangguan Jiwa

No comments:

Post a Comment